Buku berjudul Peradaban Atlantis Nusantara yang baru saja diterbitkan oleh Penerbit Ufuk ternyata tak menampilkan kajian dan pembuktian ilmiah tentang keberadaan piramida di Gunung Lalakon yang terletak di daerah Soreang Bandung.
Bahasan tentang Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip yang ditengarai menyimpan bangunan piramida, dalam buku ini dikupas pada bab terakhir (Bab 15) dengan porsi yang tak terlalu banyak, hanya empat halaman dari total 540 halaman.
Bab terakhir yang berjudul 'Piramida Lalakon Tinggalan Atlantis Nusantara?' itu, tidak menyertakan hasil uji geolistrik, hasil uji georadar, atau hasil uji seismik di Gunung Lalakon atau Gunung Sadahurip.
Praktis informasi tentang Gunung Lalakon dan Sadahurip di buku ini bisa dibilang merupakan rangkuman informasi yang telah ada di media maupun di laman-laman Facebook komunitas pecinta sejarah nusantara. Padahal sebelumnya, penerbit mengatakan bahwa buku ini menyertakan hasil penelitian detail tentang eksplorasi di Gunung Lalakon.
"Buku ini memang tidak ditulis sebagaimana kajian akademis, karena kami memang bukan orang yang memiliki latar belakang di bidang tersebut," kata Oman Abdurrahman, salah satu tim penyusun buku ini, pada acara peluncuran buku ini di Kampus Universitas Paramadina Jakarta, kamis 28 Juli 2011.
Sementara penyusun buku lainnya, Ahmad Y Samantho mengatakan bahwa buku ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan mantan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Umar Anggara Jenie dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ashiddiqie kepada orang Indonesia untuk membuat buku tentang benua Atlantis, yang diperkirakan berada di Nusantara.
Senada dengan Samantho, menurut Oman, buku ini semata-mata bertujuan untuk menggugah semua pihak untuk terus giat dalam mengelaborasi dan mengksplorasi kemungkinan-kemungkinan Nusantara sebagai benua Atlantis.
Hipotesa ala Santos dan Oppenheimer
Selain itu, buku ini juga banyak menulis hipotesa-hipotesa seperti yang diungkapkan oleh Arysio Santos maupun Stephen Oppenheimer, dua cendekiawan asing yang berkeyakinan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia.
Buku ini pun merupakan rangkaian dari 'Seri Atlantis' yang diluncurkan oleh penerbit Ufuk. Sebelum ini Ufuk juga menerbitkan buku terjemahan bertema sama karya Profesor Arysio Santos berjudul 'Atlantis, The Lost Continent Finally Found', dan buku karangan Profesor Stephen Oppenheimer berjudul 'Eden in The East, Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara'.
Dalam peluncuran buku kali ini, budayawan Radar Panca Dahana mengatakan bahwa apa yang ada di dalam buku ini, merupakan hipotesis-hipotesis yang sulit untuk dibuktikan. "Kita tidak akan menemukan justifikasi atau pernyataan ilmiah yang bisa membuktikan kebenaran keberadaan Atlantis di Indonesia," kata Radar.
Setidaknya, kata Radar, fakta-fakta sejarah cukup untuk membuktikan bahwa memang ada peradaban besar di sejarah Nusantara, dan selama ini masih banyak terpendam karena berbagai alasan politis. "Mungkin ini baru akan terbukti sekitar satu abad yang akan datang," kata Radar.
0 komentar:
Posting Komentar