Keluhan dan omelan Chacha benar-benar mengganggu konsentrasiku dalam menyetir. Lalu lintas yang padat, tubuh yang letih, ditambah lagi dengan Chacha yang berbicara asal membuat aku menjadi marah dan hilang kesabaran.
” Please deh kak, bisa berhenti ngeluh nggak? Nanti mama bisa nabrak nih .” kataku kepada Chacha.
“Ah, mama mah nggak ngertiin aku. Mama bukan belain aku malah ikut-ikutan buat aku bete.” balas Chacha sewot dan mulai menangis.
Aku melunak dan mencoba memahaminya.
“Okey, mama dengerin. Apa yang membuat kakak kesal dan kecewa?” tanyaku sambil mengecilkan volume musik di mobil yang ku kendarai.
Chacha adalah putri sulungku yang beranjak remaja. Anak ABG usia 13 tahun dan duduk dibangku SMP kelas 8 , remaja yang saat ini paling sulit ku mengerti. Komunikasi yang terjalin antara Chacha, aku, dan suami terbilang tidak terlalu baik. Sering tidak ada konektivitas alias nggak nyambung hihi.
Chacha dengan gaya ABGnya sering berbicara dengan meletup letup dan penuh emosi. Berusaha membenarkan apa yang Chacha ingin dan yang teman-temannya mau. Pokoknya ABG bangetlah, anak remaja yang sedang mencari jati diri dan sulit diatur. Entah itu dari cara berpakaian, pandangan hidup dan pola pikirnya.
Hari ini aku dan Chacha pergi ke sekolah, untuk mengambil rapot mid semesternya. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Alhamdullilah, selain cantik, Chacha juga murid yang cerdas. Susahnya berucap syukur, membuat Chacha tetep mengeluh. Dikarenakan Chacha merasa layak, untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari itu.
“Ya ampun ma, aku udah berusaha ma. Aku udah bener-bener belajar. Aku udah ngurangin nonton TV, aku udah ngurangin YMan di komputer, aku rajin les, aku sengaja belajar sampai malam, aku…”
Ku biarkan Chacha mengeluarkan isi hatinya,
” Aku udah belajar ma. bayangin aja, aku udah rela bela-belain nggak pergi nonton dengan Azka Cs. Aku udah nolak pas Regina ngajak hangout dan nraktir aku dicafe Dago yang steaknya enak banget. Aku udah nahan diri untuk nggak pergi renang dengan Chiko dan Rey, aku..”
Chacha berhenti berbicara, dan mengambil minuman. Meminumnya dengan terburu-buru dan melanjutkan kembali keluhannya.
“Harusnya nilai aku lebih baik dari ini, ma! Harusnya rengking aku diatas temen-temenku”
Chacha mengusap air matanya, kecewa dan kesal. Chacha merasa sudah belajar dan berkerja keras. Belajar untuk memperbaiki nilai nilai semester kemarin yang tertinggal dan berharap mendapatkan yang lebih baik.
” Ma, aku marah sama Allah. Yaelah, Allah nggak adil…!” Ucap Chacha dengan suara keras dan marah.
“Aku merasa lebih baik dari si A, dan si B, yang nilainya diatas aku “. terangnya emosi dan penuh kesedihan.
Walah, udah nggak bener nih. Harus ada komunikasi yang serius antara aku dan Chacha. Lebih dari obrolan ringan antara ibu dan anak. Perlu adanya pemahaman yang harus diluruskan.
” Allah, nggak adil !”
Hiks, terkadang bukan hanya Chacha saja yang merasa. Akupun yang sudah tua dan mempunyai anak 3 terkadang masih perlu berjiwa besar dan meralat keluhan-keluhanku.
Ketika suatu pengharapan tidak terwujud, ketika kita sudah bekerja keras, ketika air mata sudah seember dikeluarkan (lebai banget ya haha), ketika kita sudah mengorbankan sesuatu akan tetapi harapan tinggal impian. Menangislah kita, dan protes
“Allah, nggak adil !”
Benarkah Allah pernah berlaku tidak adil? Benarkah Allah pernah berlaku curang? Benarkah Allah hanya memilih orang yang Dia sukai? Pertanyaan ini bukan hanya untuk Chacha, tapi juga untukku. PR untukku, dikarenakan aku belum tau jawabannya. Ada di surat manakah dalam Al quran untuk sebuah jawaban atas pertanyaanku dan Chacha tadi.
“Kita cari parkir dulu yuk kak, kita ngobrol sambil makan siang. Mama juga laper.” tawarku padanya.
Setengah menyengir, Chacha menjawab dan menyarankan tempat makan yang enak ala Chacha dan teman temannya. Lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah Chacha. Cafe yang sejuk, tidak terlalu ramai dan suasana yang enak buat mengobrol.
Sambil mengusap kepala Chacha dan tersenyum, aku bertanya
“Dari mana kakak tau Allah, nggak adil? sedangkan Allah maha tau dan selalu punya rencana baik untuk kita”
Aku mulai bercerita kepada Chacha, tentang perjalanan hidupku. Tentang protesku dan rasa kecewaku kepada Allah. Rasa kecewa dan marah yang lebih dari Chacha rasakan.
Dengan tesenyum malu, aku bercerita dan membuka rahasiaku.
” Kakak tau nggak, dulu mama pernah gagal ikut UMPTN dua kali loh. Mama gagal mendapatkan fakultas favorit yang mama inginkan. Padahal, mama udah ikut bimbel secara intensive selama setahun. Hiks hiks. Kebayangkan rasa sedihnya mama. Mama yakin mama bisa, tapi kenyataannya mama nggak lulus.”
” Kakak tau nggak, betapa sedihnya mama ketika mama ditinggalkan orangtua mama, ketika mama berusia 5 tahun. Dan mama harus diasuh oleh nenek dan paman mama hingga mama dewasa. Mama tidak bisa berkumpul dengan keluarga sendiri layaknya keluarga bahagia lainnya. Bayangkan, betapa irinya mama”
“Kakak tau nggak, rasanya patah hati ketika kita menginginkan seseorang yang seakan kita cintai, akan tetapi Allah tidak memuluskan jalannya. Malah memisahkan dan menggantinya dengan yang lain.”
Wah, banyak sekali kata kecewa dan betapa nggak adilnya Allah dimata kita, jika kita melihatnya dari sudut keluhan dan kaca mata yang tidak bijak. Banyak sekali air mata yang akan keluar dan keluhan keluhan meyayat hati andai kita tak pandai berucap syukur.
Banyak rahasia dalam hidup yang bisa langsung kita tau jawabannya. Akan tetapi banyak juga rahasia hidup yang Allah berikan, tetapi perlu berproses waktu bagi kita untuk mengetahui jawabannya.
Allah berhak memilih siapa saja yang akan diuji imannya, untuk dinaikkan derajatnya menjadi lebih tinggi dan lebih baik. Allah tidak akan menguji umatnya jika dirasa umatnya tidak mampu melewati dan Allah akan memberi hadiah yang setimpal dengan hasil ujian yang bisa kita lewati. Subhanallah, tidak ada yang sis-sia dari semua ujian yang Allah berikan kepada kita.
Setelah minum segelas es jeruk dan rasa penatku sedikit berkurang, ku katakan pada Chacha. Dalam hidup ini, tidak semua keinginan kita bisa tercapai.Tidak semua rencana hidup kita dapat berjalan mulus seperti yang kita mau. Selain kita sudah berusaha, ada faktor takdir yang menentukan.
Tidak semua apa yang kita inginkan, bisa kita peroleh dengan mudah meskipun kita sudah berusaha. Sekeras apapun kita berusaha dan berdoa tetap takdir Allah yang menetukan. Meski takdir tak selalu mampu kita pahami, tapi alangkah baiknya jika kita selalu percaya dan berbaik sangka pada Allah.
Kehidupan ini sangat penuh dengan warna-warni, ada cerah, sejuk, kelabu, gelap, terang, semua warna membentuk nuansa yang senantiasa membuat hidup kita menjadi sangat dinamis. Setiap saat dan setiap waktu kondisi hati dan suasana hati kita berubah. Kadang kita sedih, kadang kita gembira, kadang kita kecewa, kadang kita berharap, dan kadang kita juga diberi kegelisahan oleh Allah. Semua rasa yang pernah dirasakan oleh semua manusia di dunia.
Kataku kepada Chacha,
” Hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar dan ujung dari ikhtiar ini, bukanlah manusia yang menyelesaikan atau menentukan endingnya. Manusia hanya berikhtiar, tetapi Allah yang menyelesaikannya.”
Disinilah ruang kuasa Allah, ruang yang seharusnya kakak sadari dan juga mama sadari. Ruang batas yang tidak bisa kita lewati dan kita tau jawabannya.
Ruang itu adalah kehendak Allah (QS. Ar-Rad :39)
” Allah menghapus apa yang Dia Kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki”
Allah maha berkendak, Allah juga mengetahui segala galanya. Allah mengetahui yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Allah memberikan kita ujian bukan hanya karena Allah maha tau, tetapi juga karena Allah maha tau semua yang terbaik.
Chacha melunak dan mencoba memahami kata kataku,
” Jadi salah aku ada dimana ma? Aku kan sudah belajar mati-matian ” tanya Chacha bingung
Aku tersenyum dan menjawab,
“ Kesalahannya mungkin ada di doa. Kakak jarang berdoa sama Allah dan kakak meminta keinginannya tidak lengkap. Mama perhatiin sholatnya kakak sering bolong-bolong ya?”
Chacha mengangguk, menyetujui kata kataku.
“Doa sama Allah tidak boleh malu-malu, mintalah semua yang kita ingin. Insyaallah terkabul. Dan apabila tidak terkabul, pastinya Allah tetep punya rencana yang baik untuk kakak”
” Terima kasih untuk pencerahannya ya ma. aku percaya sekali Allah punya rencana yang indah buatku.”
Diskusi siang ini selesai sudah. Chacha tersenyum dan memelukku dengan erat. Aku tersenyum dan berkata,
” Stop mengeluh dan jalani hidup denga penuh rasa syukur. Yuk kita pulang, nanti kita kesorean
Kekecewaan adalah cara Tuhan untuk mengatakan :” Bersabarlah, Aku punya sesuatu yang lebih baik untukmu.”
” Please deh kak, bisa berhenti ngeluh nggak? Nanti mama bisa nabrak nih .” kataku kepada Chacha.
“Ah, mama mah nggak ngertiin aku. Mama bukan belain aku malah ikut-ikutan buat aku bete.” balas Chacha sewot dan mulai menangis.
Aku melunak dan mencoba memahaminya.
“Okey, mama dengerin. Apa yang membuat kakak kesal dan kecewa?” tanyaku sambil mengecilkan volume musik di mobil yang ku kendarai.
Chacha adalah putri sulungku yang beranjak remaja. Anak ABG usia 13 tahun dan duduk dibangku SMP kelas 8 , remaja yang saat ini paling sulit ku mengerti. Komunikasi yang terjalin antara Chacha, aku, dan suami terbilang tidak terlalu baik. Sering tidak ada konektivitas alias nggak nyambung hihi.
Chacha dengan gaya ABGnya sering berbicara dengan meletup letup dan penuh emosi. Berusaha membenarkan apa yang Chacha ingin dan yang teman-temannya mau. Pokoknya ABG bangetlah, anak remaja yang sedang mencari jati diri dan sulit diatur. Entah itu dari cara berpakaian, pandangan hidup dan pola pikirnya.
Hari ini aku dan Chacha pergi ke sekolah, untuk mengambil rapot mid semesternya. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Alhamdullilah, selain cantik, Chacha juga murid yang cerdas. Susahnya berucap syukur, membuat Chacha tetep mengeluh. Dikarenakan Chacha merasa layak, untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari itu.
“Ya ampun ma, aku udah berusaha ma. Aku udah bener-bener belajar. Aku udah ngurangin nonton TV, aku udah ngurangin YMan di komputer, aku rajin les, aku sengaja belajar sampai malam, aku…”
Ku biarkan Chacha mengeluarkan isi hatinya,
” Aku udah belajar ma. bayangin aja, aku udah rela bela-belain nggak pergi nonton dengan Azka Cs. Aku udah nolak pas Regina ngajak hangout dan nraktir aku dicafe Dago yang steaknya enak banget. Aku udah nahan diri untuk nggak pergi renang dengan Chiko dan Rey, aku..”
Chacha berhenti berbicara, dan mengambil minuman. Meminumnya dengan terburu-buru dan melanjutkan kembali keluhannya.
“Harusnya nilai aku lebih baik dari ini, ma! Harusnya rengking aku diatas temen-temenku”
Chacha mengusap air matanya, kecewa dan kesal. Chacha merasa sudah belajar dan berkerja keras. Belajar untuk memperbaiki nilai nilai semester kemarin yang tertinggal dan berharap mendapatkan yang lebih baik.
” Ma, aku marah sama Allah. Yaelah, Allah nggak adil…!” Ucap Chacha dengan suara keras dan marah.
“Aku merasa lebih baik dari si A, dan si B, yang nilainya diatas aku “. terangnya emosi dan penuh kesedihan.
Walah, udah nggak bener nih. Harus ada komunikasi yang serius antara aku dan Chacha. Lebih dari obrolan ringan antara ibu dan anak. Perlu adanya pemahaman yang harus diluruskan.
” Allah, nggak adil !”
Hiks, terkadang bukan hanya Chacha saja yang merasa. Akupun yang sudah tua dan mempunyai anak 3 terkadang masih perlu berjiwa besar dan meralat keluhan-keluhanku.
Ketika suatu pengharapan tidak terwujud, ketika kita sudah bekerja keras, ketika air mata sudah seember dikeluarkan (lebai banget ya haha), ketika kita sudah mengorbankan sesuatu akan tetapi harapan tinggal impian. Menangislah kita, dan protes
“Allah, nggak adil !”
Benarkah Allah pernah berlaku tidak adil? Benarkah Allah pernah berlaku curang? Benarkah Allah hanya memilih orang yang Dia sukai? Pertanyaan ini bukan hanya untuk Chacha, tapi juga untukku. PR untukku, dikarenakan aku belum tau jawabannya. Ada di surat manakah dalam Al quran untuk sebuah jawaban atas pertanyaanku dan Chacha tadi.
“Kita cari parkir dulu yuk kak, kita ngobrol sambil makan siang. Mama juga laper.” tawarku padanya.
Setengah menyengir, Chacha menjawab dan menyarankan tempat makan yang enak ala Chacha dan teman temannya. Lokasinya tidak terlalu jauh dari sekolah Chacha. Cafe yang sejuk, tidak terlalu ramai dan suasana yang enak buat mengobrol.
Sambil mengusap kepala Chacha dan tersenyum, aku bertanya
“Dari mana kakak tau Allah, nggak adil? sedangkan Allah maha tau dan selalu punya rencana baik untuk kita”
Aku mulai bercerita kepada Chacha, tentang perjalanan hidupku. Tentang protesku dan rasa kecewaku kepada Allah. Rasa kecewa dan marah yang lebih dari Chacha rasakan.
Dengan tesenyum malu, aku bercerita dan membuka rahasiaku.
” Kakak tau nggak, dulu mama pernah gagal ikut UMPTN dua kali loh. Mama gagal mendapatkan fakultas favorit yang mama inginkan. Padahal, mama udah ikut bimbel secara intensive selama setahun. Hiks hiks. Kebayangkan rasa sedihnya mama. Mama yakin mama bisa, tapi kenyataannya mama nggak lulus.”
” Kakak tau nggak, betapa sedihnya mama ketika mama ditinggalkan orangtua mama, ketika mama berusia 5 tahun. Dan mama harus diasuh oleh nenek dan paman mama hingga mama dewasa. Mama tidak bisa berkumpul dengan keluarga sendiri layaknya keluarga bahagia lainnya. Bayangkan, betapa irinya mama”
“Kakak tau nggak, rasanya patah hati ketika kita menginginkan seseorang yang seakan kita cintai, akan tetapi Allah tidak memuluskan jalannya. Malah memisahkan dan menggantinya dengan yang lain.”
Wah, banyak sekali kata kecewa dan betapa nggak adilnya Allah dimata kita, jika kita melihatnya dari sudut keluhan dan kaca mata yang tidak bijak. Banyak sekali air mata yang akan keluar dan keluhan keluhan meyayat hati andai kita tak pandai berucap syukur.
Banyak rahasia dalam hidup yang bisa langsung kita tau jawabannya. Akan tetapi banyak juga rahasia hidup yang Allah berikan, tetapi perlu berproses waktu bagi kita untuk mengetahui jawabannya.
Allah berhak memilih siapa saja yang akan diuji imannya, untuk dinaikkan derajatnya menjadi lebih tinggi dan lebih baik. Allah tidak akan menguji umatnya jika dirasa umatnya tidak mampu melewati dan Allah akan memberi hadiah yang setimpal dengan hasil ujian yang bisa kita lewati. Subhanallah, tidak ada yang sis-sia dari semua ujian yang Allah berikan kepada kita.
Setelah minum segelas es jeruk dan rasa penatku sedikit berkurang, ku katakan pada Chacha. Dalam hidup ini, tidak semua keinginan kita bisa tercapai.Tidak semua rencana hidup kita dapat berjalan mulus seperti yang kita mau. Selain kita sudah berusaha, ada faktor takdir yang menentukan.
Tidak semua apa yang kita inginkan, bisa kita peroleh dengan mudah meskipun kita sudah berusaha. Sekeras apapun kita berusaha dan berdoa tetap takdir Allah yang menetukan. Meski takdir tak selalu mampu kita pahami, tapi alangkah baiknya jika kita selalu percaya dan berbaik sangka pada Allah.
Kehidupan ini sangat penuh dengan warna-warni, ada cerah, sejuk, kelabu, gelap, terang, semua warna membentuk nuansa yang senantiasa membuat hidup kita menjadi sangat dinamis. Setiap saat dan setiap waktu kondisi hati dan suasana hati kita berubah. Kadang kita sedih, kadang kita gembira, kadang kita kecewa, kadang kita berharap, dan kadang kita juga diberi kegelisahan oleh Allah. Semua rasa yang pernah dirasakan oleh semua manusia di dunia.
Kataku kepada Chacha,
” Hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar dan ujung dari ikhtiar ini, bukanlah manusia yang menyelesaikan atau menentukan endingnya. Manusia hanya berikhtiar, tetapi Allah yang menyelesaikannya.”
Disinilah ruang kuasa Allah, ruang yang seharusnya kakak sadari dan juga mama sadari. Ruang batas yang tidak bisa kita lewati dan kita tau jawabannya.
Ruang itu adalah kehendak Allah (QS. Ar-Rad :39)
” Allah menghapus apa yang Dia Kehendaki dan menetapkan apa yang Dia kehendaki”
Allah maha berkendak, Allah juga mengetahui segala galanya. Allah mengetahui yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Allah memberikan kita ujian bukan hanya karena Allah maha tau, tetapi juga karena Allah maha tau semua yang terbaik.
Chacha melunak dan mencoba memahami kata kataku,
” Jadi salah aku ada dimana ma? Aku kan sudah belajar mati-matian ” tanya Chacha bingung
Aku tersenyum dan menjawab,
“ Kesalahannya mungkin ada di doa. Kakak jarang berdoa sama Allah dan kakak meminta keinginannya tidak lengkap. Mama perhatiin sholatnya kakak sering bolong-bolong ya?”
Chacha mengangguk, menyetujui kata kataku.
“Doa sama Allah tidak boleh malu-malu, mintalah semua yang kita ingin. Insyaallah terkabul. Dan apabila tidak terkabul, pastinya Allah tetep punya rencana yang baik untuk kakak”
” Terima kasih untuk pencerahannya ya ma. aku percaya sekali Allah punya rencana yang indah buatku.”
Diskusi siang ini selesai sudah. Chacha tersenyum dan memelukku dengan erat. Aku tersenyum dan berkata,
” Stop mengeluh dan jalani hidup denga penuh rasa syukur. Yuk kita pulang, nanti kita kesorean
0 komentar:
Posting Komentar