Melihat anak demam, sejumlah orangtua begitu mudah memberikan satu sendok paracetamol dan ibuprofen secara bersamaan demi meredam panik. Padahal berdasar studi di Amerika Serikat, menggabungkan kedua obat itu justru akan memperlama penyembuhan dan berisiko terhadap kesehatan anak.
Dalam studi tersebut, sejumlah dokter spesialis anak yang terlibat mengungkap bahwa banyak orangtua memberi anak obat dengan dosis yang salah. Termasuk di dalamnya inisiatif menggabungkan kedua obat tersebut sebagai penurun demam.
The American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa demam bukanlah penyakit, melainkan sebuah mekanisme tubuh dalam melawan infeksi bakteri atau virus. Memberikan obat dengan dosis yang salah justru akan memperkuat penyakit tersebut.
Sejumlah dokter memang menganjurkan pemberian paracetamol dan ibuprofen dengan dosis yang cukup untuk meminimalisasi efek samping demam pada anak. Namun, menurut aturan pengobatan The National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE), penggunaan obat harus mempertimbangkan tingkat keparahan demam.
Penggunaan kedua obat itu hanya dianjurkan ketika demam anak tidak turun setelah mengonsumsi salah satu dari kedua obat tersebut. Berdasarkan The British National Formulary, dokter tidak boleh memberikan resep lebih dari empat dosis paracetamol untuk periode 24 jam, dan tidak lebih dari empat dosis ibuprofen per hari.
Selama ini, kesalahan populer adalah memberi anak dosis obat untuk orang dewasa. Bukan hanya usia, orangtua juga wajib mempertimbangkan postur tubuh anak. Dosis harus diperkecil dari standar untuk anak dengan postur tubuh lebih kecil, meski usia sama.
Pemberian berlebihan paracetamol dapat mengakibatkan asma. Sedangkan ibuprofen yang berlebihan dapat mengakibatkan radang usus dan pendarahan. Karena itulah, orangtua harus lebih berhati-hati memberi obat pada anak. Jauhkan obat dari jangkauan anak sehingga terhindar dari efek samping pemberian obat yang melebihi dosis.
0 komentar:
Posting Komentar